alihkan bahasa sesukamu!!

Selasa, 26 Oktober 2010

Dibalik kisah seorang bupati Malang Terpilih 2010

kabupaten malang
Selasa, (26/10) akan menjadi hari istimewa untuk Rendra Kresna. Bagaimana tidak, suami dari Hj. Jajuk Sulistyawati ini akan naik tahta, dari Wakil Bupati menjadi Bupati Malang. Ya, Rendra adalah bupati Malang terpilih periode 2010-2015 yang segera dilantik pada hari itu. Naiknya Rendra tentu menjadi kabar baik bagi civitas akademika Universitas terkenal di malang tersebut. Dia adalah lulusan Fakultas Ekonomi (FE) tahun 1989.

lelaki kelahiran Pamekasan, 22 maret 1962 ini berbagi cerita saat kuliah di Kampus Putih. Perjalanannya hingga menjadi Bupati tidak semulus yang dibayangkan, bahkan menurutnya bukan menjadi seorang Kepala Daerah yang dicita-citakan, melainkan menduduki kursi legislatif.

“Saya memang tertarik pada dunia politik, tetapi bukan sebagai eksekutif, tetapi legislatif. Sebab, aktivitas keorganisasian saya rasanya lebih klop menjadi legislatif,” kata ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jawa Timur ini.Saat kuliah di UMM, Rendra masih bekerja di Kebon Agung. Dari rumahnya di Sawojajar, perlu tiga kali oper angkutan untuk mencapai tempatnya bekerja, sehingga gajinya habis untuk transportasi saja. Muncul ide, Rendra membeli sepeda pancal. Sepeda itulah yang menemani Rendra selama setahun sampai mampu membeli sepeda motor. Meski demikian, Rendra terbilang mahasiswa yang rajin. Sebagai mahasiswa tranferan dari diploma 3 ke jenjang S1, ternyata masih harus mengulang beberapa mata kuliah yang sudah pernah ditempuhnya di sebuah perguaruan tinggi di Surabaya. “Saya jalani saja wong memang harus mengulang,” terangnya.

Pembantu Rektor II, Drs. Mursidi, MM, membenarkan hal itu. Rendra menurutnya merupakan mahasiswa yang rajin walaupun kuliah ditempuhnya sambil kerja dan bergelut di organisasi. Mursidi yang waktu itu menjabat sebagai sekretaris jurusan Manajemen juga cukup kenal dengan sosok Rendra. “Dia termasuk mahasiswa yang rajin,” kata Mursidi.

Ada kesan mendalam ketika Rendra menempuh Ujian Negara Cicilan (UNC). Waktu itu dia sedang sakit, sementara lokasi ujian ada di gedung SMA Muhammadiyah yang tidak dilewati angkutan kota. Rendra sempat sempoyongan ketika berjalan sejauh sekitar 500 meter ke lokasi ujian. Sampai di kelas, Rendra tak lagi bisa konsentrasi.

“Jadi saya jawab saja semampunya. Saya tidak yakin itu benar. Itulah sebabnya di lembar jawaban saya kasih tulisan bismillah dan di bawahnya saya tulis ‘mohon maaf jawaban saya kurang memuaskan karena saya sedang sakit’.” kata bapak empat anak ini bercerita. Awalnya dia tidak menyangka bisa lulus, malah dapat nilai B. Dia yakin itu pasti berkat curhatnya di lembar jawaban tadi, dosennya merasa pasti kasihan.Ketua SOKSI Jawa Timur ini mengaku sangat beruntung ketika skripsinya dibimbing oleh orang-orang penting di UMM. Tiga pembimbing semuanya pejabat teras. Mereka adalah rektor, Malik Fadjar, dekan FE Tanthowi dan sekretaris fakultas Ratih Juliati. “Saya sangat terkesan karena skripsi saya ditandatangani orang yang akhrinya menjadi menteri di negeri ini,” katanya bangga.

Kebanggaan Rendra pada UMM ditunjukkan hingga saat ini. Di berbagai kesempatan, Rendra selalu menyebut Malik Fadjar sebagai panutannya. Itulah sebabnya dia memilihkan kampus untuk putra pertamanya Kresna Dewanata Phroksakh juga di UMM. Dewa, panggilan putra sulung itu mengambil jurusan Hubungan Internasional (HI) di UMM. “Saya bilang ke anak saya, ayah saja bisa jadi seperti sekarang walau kuliah di kampus yang waktu itu masih kecil. Apalagi sekarang, kampus UMM sudah besar, ternama, bahasa Inggrismupun bagus, pasti kamu bisa lebih baik daripada ayah,” katanya sembari berharap anaknya nanti menjadi diplomat.

“Di UMM saya dicetak betapa pentingnya menuntut ilmu, dan disitu saya juga bisa mengenal banyak orang penting, lanjut Rendra tentang peran UMM bagi dirinya. Untuk itu dia berpesan kepada generasi sekarang agar tidak hanya menimba ilmu di kampus. Ilmu-ilmu lainnya bisa diperoleh dari organisasi. “Berorganisasi bisa memupuk jiwa kepemimpinan dan manajerial. Sekarang ini tidak ada pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian kepemimpinan,” katanya berpesan.

Tidak ada komentar: