alihkan bahasa sesukamu!!

Rabu, 19 April 2017

PILKADA JAKARTA..........who....next


DAFTAR URUTAN GUBERNUR JAKARTA

Berikut ini adalah nama gubernur yang pernah memimpin Kota Jakarta dari yang pertama kali tahun 1945 sampai dengan yang terakhir sebelum pilkada yaitu tahun 2007 :

1. Suwirjo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1945 - 1951
2. Sjamsuridjal - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1951 - 1953
3. Sudiro - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1953 - 1960
4. Soemarno Sosroatmodjo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1960 - 1964 dan 1965 - 1966
5. Henk Ngantung - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1964 - 1965
6. Ali Sadikin - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1966 - 1977
7. Tjokropranolo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1977 - 1982
8. Soeprapto - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1982 - 1987
9. Wiyogo Atmodarminto - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1987 - 1992
10. Surjadi Soedirja - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1992 - 1997
11. Sutiyoso - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1997 - 2002 dan 2002 - 2007
12. Fauzi Bowo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 2007 - 2012
13. Joko Widodo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 2012 - 2017
(FOTO) Kantor Gubernur Jakarta

PILKADA JAKARTA CERMIN DEMOKRASI INDONESIA

Presiden ke-3 RI, BJ Habibie berharap penyelenggaraan pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran kedua berjalan aman dan damai. Pilkada Jakarta harus menjadi cerminan pelaksanaan pemilihan yang demokratis.

"Jadi kita perlihatkan wajah dan budaya kita yang benar, yang bahwa hidupnya memang juga demokratis dan tidak perlihatkan budaya--yang benar-benar cerminkan perilaku kita masing-masing--yang tidak mengenal SARA sama sekali dan kritis tentunya. Makin lama kita makin unggul dan semua mata
dunia melihat karena di mana-mana melihat ketenangan yang diharapkan," ujar BJ Habibie kepada wartawan usai mencoblos di TPS 05 Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (19/4/2017).

Habibie mengatakan, warga Jakarta harus memilih tanpa paksaan dan berdasarkan hati nuraninya. (LA Aya)

SEJARAH WILAYAH BANTUR JADA SEORANG TENTARA YANG ALIM


Menurut perkiraan Bantur dibuka sekitar tahun 1830-an. Saat itu masih hutan belukar yang belum bernama, tokoh yang membuka hutan dikenal dengan nama Kyai Radiman, muslim taat sekaligus seorang tentara Pangeran Diponegoro yang (sangat mungkin) bersembunyi dari kejaran kompeni setelah Pangeran Diponegoro tertangkap setelah dipancing dari persembunyian oleh Kompeni dengan cara di ajak berunding.

Makam Kyai Radiman sampai sekarang masih ada di Jl. Kyai Radiman. Daerah itu masuk dalam wilayah Bantur Tengah.

Menurut riwayat orang-orang tua-tua, Kyai Radiman tewas dibunuh atas perintah kompeni dengan cara halus yaitu diadakan acara makan-makan, pihak belanda mengiris semangka dengan sebilah pisau yang diolesi racun mematikan di satu sisi dari pisau. Kyai Radiman tidak curiga atas beracunnya semangka karena semangka di belah di depan mata, padahal pisau pembelah diolesi racun. Semangka yang bersentuhan dengan sisi pisau beracun dihidangkan untuk Kyai Radiman, sementara yang bersih dari racun dihidangkan ke pihak lingkaran belanda.

Sedangkan nama desa Bantur sendiri berasal dari nama Banturono (Mbah Bantur), anak dari Kyai Radiman.

Sedangkan seorang tokoh (yang saat ini ditulis tokoh tersebut masih hidup) yang mengenal nama-nama teman sepelarian Kyai Radiman dan ke daerah mana di wilayah Kabupaten Malang mereka sembunyi adalah Mbah Slamet, saat ini tinggal sekitar 800 meter di utara Pasar Bantur.




Sebelum Tahun 1832 Desa Bantur khususnya dan Kecamatan Bantur pada umumnya adalah kawasan hutan belantara yang belum terjamah oleh tangan-tangan manusia, dengan kondisi alam yang berbukit-bukit hal ini disebabkan karena Desa Bantur termasuk jalur pegunungan Kendeng.

Di Tahun 1830 perlawanan Pangeran Diponegoro dapat dipatahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan akal liciknya berkedok perundingan Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Ujung Pandang (dulu Makasar) dipatahkan oleh Belanda. Sehingga banyak prajurit-prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri.(ten/red/shir)