Banyak beredar informasi bahwa awal shaum Ramadhan 1434 H akan
bertepatan dengan hari Selasa, 9 Juli 2013. Selain itu, banyak juga
informasi lain menyatakan bahwa awal shaum Ramadhan kemungkinan akan
dimulai pada Rabu, 10 Juli 2013. Mendapati
berbedanya informasi itu, sebagian kita mungkin bingung harus mengikuti
yang mana. Untuk menguraikan penyebab adanya dua informasi yang berbeda
itulah, pada tulisan ini akan dibahas informasi astronomis Hilal dan
penerapannya pada kriteria hisab yang berbeda serta prediksi kemungkinan
teramati atau tidaknya Hilal penentu awal Ramadhan 1434 H nanti.
Informasi Astronomis Hilal
Dalam memahami pergantian awal bulan Hijriah, setidaknya beberapa infromasi astronomis Hilal berikut harus diketahui:
Dalam memahami pergantian awal bulan Hijriah, setidaknya beberapa infromasi astronomis Hilal berikut harus diketahui:
- Waktu Ijtima’ atau Konjungsi atau fase Bulan Baru atau fase Bulan Mati.
- Waktu terbenam Matahari di lokasi yang ditinjau.
- Posisi Bulan saat Matahari terbenam di lokasi yang ditinjau.
Mari kita bahas ketiga poin di atas dengan memanfaatkan Informasi Hilal Ramadhan yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Secara umum, ijtima’ adalah peristiwa “berkumpul/berdekatannya” Bulan
dengan Matahari, saat dilihat dari Bumi. Istilah ini dalam astronomi
dikenal dengan nama konjungsi, yaitu ketika bujur ekliptika Bulan sama
dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di
pusat Bumi. Bujur ekliptika adalah salah satu bagian dari tata koordinat
ekliptika; salah satu tata koordinat dalam astronomi yang digunakan
untuk menentukan posisi objek-objek tata surya. Padanan bujur ekliptika
adalah bujur geografis, yang bersama lintang geografis dapat digunakan
untuk menentukan posisi suatu kota di permukaan Bumi.
Berbeda dengan posisi bujur geografis suatu kota di permukaan Bumi
yang relatif tetap, setiap hari nilai bujur ekliptika Bulan dan Matahari
akan selalu berbeda. Penyebab utamanya perbedaan ini adalah laju gerak
keduanya yang tidak seragam. Hanya setelah mencapai waktu sekitar 29,5
hari-lah keduanya akan kembali berada pada bujur ekliptika yang sama,
meskipun nilainya berbeda dari sekitar 29,5 hari sebelumnya. Waktu 29,5
hari ini dikenal dengan siklus sinodis Bulan atau waktu dari satu fase
ke fase yang sama di bulan berikutnya, misalnya dari fase bulan Baru ke
bulan Baru berikutnya.
Berdasarkan perhitungan kejadian ini diprediksikan akan terjadi
kembali pada Senin, 8 Juli 2013, jam 7:14 UT atau 14:14 WIB. Pada saat
itu nilai bujur ekliptika Bulan dan Matahari akan sama, yaitu 106,299ยบ.
Kita juga dapat menghitung periode sinodis Bulan terhitung sejak
konjungsi sebelumnya hingga konjungsi yang akan datang ini adalah 29
hari 15 jam 18 menit. Ini artinya, satu siklus sinodis Bulan
tidaklah
tepat 29,5 hari namun mungkin akan lebih kecil atau lebih besar dari
nilai tersebut.
Mengingat pergantian hari dan tanggal dalam kalender Islam terjadi
saat Matahari terbenam, kita juga harus meninjau waktu terbenam Matahari
pada hari terjadinya konjungsi tersebut atau sehari sesudahnya. Hal ini
diperlukan untuk membandingkan apakah waktu konjungsi tersebut terjadi
sebelum Matahari terbenam di wilayah yang ditinjau ataukah setelahnya.
Berdasarkan perhitungan, Matahari terbenam di Indonesia pada 8 Juli 2013
paling awal terjadi pada pukul 17 : 33 WIT di Merauke, Papua, dan
paling akhir terjadi pada pukul 18 : 57 WIB di Sabang, Aceh. Sebagai
tambahan, kita juga dapat menghitung waktu terbenamnya Matahari di kota
Yogyakarta (kota yang dijadikan sebagai kota acuan dalam hisab yang
digunakan oleh Muhammadiyah) dan kota Pelabuhan Ratu (kota yang
dijadikan sebagai kota acuan dalam hisab yang digunakan oleh Pemerintah
dan sejumlah organisasi). Di kota Yogyakarta Matahari terbenam pukul 17 :
34 WIB. Adapun di kota Pelabuhan Ratu Matahari terbenam pukul 17 : 51
WIB. Dari perbandingan antara waktu konjungsi dan waktu Matahari
terbenam di semua kota di atas, kita ketahui bahwa bahwa konjungsi
terjadi sebelum Matahari terbenam tanggal 8 Juli 2013 di seluruh wilayah
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar